Sejarah Stasiun Malang Kotalama, Salah Satu Stasiun Tertua di Indonesia

Stasiun Malang Kotalama
Sebagai salah satu stasiun tertua di Indonesia, Stasiun Malang Kotalama menyimpan sejarah kegemilangan komoditas pertanian dan perkebunan di masa kolonial Belanda (Gambar: IG hadhie_entertainment)

STASIUNMALANG.COM – Sebagai salah satu stasiun yang dibangun di awal sejarah perkeretaapian Indonesia, Stasiun Malang Kotalama termasuk salah satu stasiun kereta api tertua di Indonesia. Stasiun ini dibangun pada 1878, selesai dan diresmikan pada 1879, dan mulai dibuka pada 5 Januari 1892.

Stasiun Malang Kotalama dikerjakan oleh perusahaan “BUMN” Belanda, Staatsspoorwegen atau Staatsspoor en Tramwegen in Nederlandsch–Indië (SS en T), perusahaan besar yang beroperasi untuk pengerjaan proyek-proyek jalur kereta dan jalur trem berskala nasional.

Read More

Bersama dengan Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschppij (NISM), perusahaan kereta swasta asal Belanda lainnya, Staatsspoorwegen berkontribusi besar terhadap awal mula penggunaan kereta api sebagai moda transportasi dan distribusi barang di Indonesia.

Sejak didirikan dan dioperasikan hingga kini, lokasi Stasiun Kotalama Malang tidak pernah berubah, yakni di kelurahan Ciptomulyo, kecamatan Sukun, Malang.

Fungsi Awal Stasiun Kotalama

Malang dan daerah sekitarnya merupakan wilayah subur penghasil komoditas pertanian dan perkebunan dengan kualitas ekspor seperti kopi, tebu, dan tembakau.

Melimpahnya komoditas-komoditas ini tentu sebagai imbas dari kejibakan cuulturstelsel (tanam paksa) pemerintah kolonial Belanda terhadap negara jajahannya pada 1830-an. Kebijakan ini memang perlu diambil, mengingat bahwa pada medio abad ke-19 itu perusahaan-peruhasaan besar berbasis komoditas pertanian dan perkebunan di Eropa tengah naik secara signifikan.

Dengan begitu, melalui kebijakan tanam paksa ini pemerintah kolonial hendak menggalakkan kegiatan ekspor untuk pasar Eropa.

Demi mewujudkan ambisi tersebut, sejak pertengahan abad ke-19 pemerintah kolonial mulai membenahi sistem transportasi Hindia Belanda sehingga barang/komoditas dagangan dapat berpindah dari satu wilayah ke wilayah lainnya secara lebih cepat, masif, dan aman.

Sejalan dengan hal tersebut, Stasiun Malang Kotalama juga berada dalam trajektori proyek ambisius itu. Stasiun Malang Kota lama menjadi semacam hub (penghubung) hilir-mudik barang dari sejumlah wilayah di sekitaran Malang kota, sebut saja Blitar, Kepanjen, dan Pakisaji.

Di samping berfungsi sebagai penghubung, stasiun ini menjadi “halte” bagi jalur kereta dan trem.

Selain itu, dalam catatan Wikipedia ruas stasiun Kottalama (nama terdahulu dari Kotalama –merujuk pada kelurahan di mana stasiun ini berada) juga berfungsi sebagai ruas persimpangan moda Staatsspoorwegen dan Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschppij.

Karena fungsinya sebagai moda persimpangan antara dua raksasa perusahaan kereta api di masanya, stasiun ini dilewati oleh kereta api jalur Malang-Surabaya atau sebaliknya. Di luar itu, misalnya jalur Blitar dan Kepanjen, hanya tersedia untur jalur trem (kereta kecil khusus pengangkut barang).

Secara garis besar, sebagaimana diungkap oleh Alamsyah (2003: 106), Stasiun Kotalama Malang ini sekurangnya difungsikan tiga tujuan berikut, yakni:

Sebagai angkutan umum untuk hasil bumi

Malang dan daerah sekitarnya, terutama komoditas perkebunan dan pertanian.

Halte pemberhentian, bongkar-muat, dan pemrosesan barang

Barang-barang angkutan dari daerah Kepanjen, Turen atau bahkan Blitar yang akan dikirim ke Surabaya atau Pasuruan terlebih dahulu “dihimpun” di Stasiun Kotalama sebelum kereta api penjemputnya tiba. Atau, barang-barang tersebut dibongkar di stasiun Kotalama untuk keperluan sortir dan klasifikasi sebelum dikirim ke stasiun tujuan.

Stasiun persilangan dan susulan

Sebagai disinggung di muka, stasiun Malang Kotalama adalah stasiun persilangan yang mempertemukan kereta/trem dari berbagai daerah di sekitar Malang dengan kereta dari kota-kota jauh lain yang pada saat itu telah terkoneksi oleh rel kereta api, sebut saja stasiun Bangil (Pasuruan) dan stasiun Surabaya. Oleh sebab itu, stasiun ini kerap difungsikan sebagai stasiun persilangan dan susulan antar-kereta api.

 

Layanan Kereta Api Stasiun Kotalama Malang

Setelah stasiun ini dialihfungsikan sejak 2018, ia tidak lagi menjadi menjadi stasiun utama di kota Malang.

Kini, fungsi angkutan umum sepenuhnya sudah ditangani Stasiun Malang Kotabaru. Namun begitu, stasiun Kotalama masih dilintasi oleh berbagai jenis kereta, baik untuk tujuan kereta penumpang antarkota dalam dan antarprovinsi, juga untuk kereta barang.

Berikut sejumlah kereta api yang melintasi stasiun ini

Kereta Penumpang

Kereta penumpang yang melintasi stasiun Kotalama Malang cukup bervariasi, mulai dari kelas KA, tujuan kota, hingga jalur perlintasan. Sebagaimana diketahui, kereta dari Malang melintasi dua jalur utama kereta di pulau Jawa, yakni jalur lintas selatan dan jalur lintas utara.

Pasca terbitnya Gapeka 2025, kereta penumpang yang melintasi stasiun ini adalah: Malioboro Ekspres, Gajayana, Kertanegara, Malabar, Brawijaya, Majapahit, Matarmaja, Tawang Alun, Penataran, dan Dhoho.

Kereta-kereta ini sudah mewakili KA kelas ekonomi dan aksekutif, juga melintasi jalur lintas selatan dan lintas utara.

Kereta Barang

Stasiun Kotalama dilewati oleh kereta barang, khususnya angkutan logistik. Kereta khusus angkutan ini dikenal sebagai KA Over Night Services (Kereta Api Layanan Semalam, disingkat KA ONS), sebuah kereta yang secara khusus dioperasikan KAI Logistik sebagai moda pengangkut barang.

KA ONS beroperasi di dua rel utama perlintasan kereta, utara dan selatan, dengan jalur Kampung Bandan–Surabaya Pasarturi dan Bandung–Surabaya Kota.

Di samping KA ONS, Stasiun Malang Kotalama juga dilewati Kereta Api Ketel Pertamina, moda pengangkut Bahan Bakar Khusus (BBK) dari PT Pertamina. KA Ketel Pertamina sendiri merupakan KA khusus hasil kolaborasi antara anak perusahaan PT KAI, yakni KAI Logistik, dengan PT Pertamina.

 

Cagar Budaya Bernuansa Kolonial

Stasiun Malang Kotalama
Sejak 2018, pemerintah menetapkan Stasiun Malang Kotalama sebagai cagar budaya (Gambar: IG adie_nux)

Sebagai salah satu saksi bisu sejarah kolonialisme Belanda di Indonesia, sejak 2018 pemerintah Indonesia menjadikan stasiun Kotalama sebagai cagar budaya.

Pemerintah tampaknya serius menjadikan stasiun ini sebagai cagar budaya, misalnya melalui polesan peremajaan di beberapa bagian bangunan –namun dengan tetap mempertahankan nuansa kolonialnya.

Kalau hari ini Anda berkunjung ke stasiun ini, Anda akan mendapatkan kesan serba Belanda yang kental.

Ketika Anda menginjakkan kaki di gerbang utamanya, pandangan pertama yang segera terlihat oleh mata adalah cetakan besi dari berbagai ukuran terpacak berdiri, menyilang, menyiku, membujur, dan seterusnya.

Di bagian dalam, di bagian-bagian sudutnya terdapat ornamen-orname lama yang tetap dipertahankan pasca peremajaan. Ruang tunggu dan peron juga tetap dipertahankan nuansa kolonialnya.

Sebagaimana negara-negara industrial di awal abad ke-20, besi adalah simbol kemajuan dan teknologi. Begitu juga Belanda di awal abad ke-20.

Stasiun Malang Kotalama adalah bagian kecil yang masih tersisa dari proyek ambisus modernisasi Belanda dan masih bisa kita saksikan hingga saat ini.

Adakah yang tertarik berkunjung? Yuk, bareng Stasiunmalang.com.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *