Daftar Isi
STASIUN MALANG – Lampung Selatan, Sebuah insiden mengerikan terjadi di perlintasan kereta api sebidang yang terletak di Desa Branti Jaya, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, pada Selasa pagi (8/7/2025). Sebuah truk box tertabrak kereta barang Babaranjang yang tengah melaju dari arah utara. Tabrakan keras menyebabkan truk terpental hingga menabrak bangunan di sekitar lokasi, sementara sang pengemudi mengalami luka serius dan harus dilarikan ke rumah sakit.
Kecelakaan tersebut terjadi sekitar pukul 10.00 WIB, tepat di jalur perlintasan sebidang yang berada di kilometer 34, dekat Bandara Radin Inten II, sebuah titik yang dikenal padat aktivitas kendaraan dan minim sistem pengamanan otomatis.
Kronologi: Truk Tertahan di Jalur, Kereta Tak Terhindarkan
Berdasarkan keterangan sejumlah saksi mata yang berada di lokasi, truk awalnya terlihat sedang menunggu giliran untuk melintasi rel kereta. Namun ketika akhirnya mencoba menyeberang, bagian belakang truk belum sepenuhnya keluar dari rel. Di saat bersamaan, kereta barang Babaranjang yang membawa muatan batubara melintas dari arah Tanjung Karang, dan tabrakan pun tak terelakkan.
“Mobil box itu datang dari arah Jalan Lintas Sumatra, sepertinya dari arah kota menuju kawasan bandara. Begitu masuk ke rel, tiba-tiba kereta sudah dekat. Bagian belakang mobil masih di atas rel saat dihantam,” ungkap Suratma, warga setempat yang menyaksikan langsung peristiwa tersebut.
Benturan terjadi dengan suara sangat keras, bahkan terdengar hingga ratusan meter. Warga yang berada di sekitar perlintasan langsung berhamburan keluar rumah dan toko untuk melihat kejadian tersebut. Sebagian dari mereka langsung memberikan pertolongan pertama kepada sopir yang terjebak di dalam kabin truk yang ringsek.
Evakuasi Darurat: Warga Bantu Selamatkan Sopir
Suratma menjelaskan, beberapa warga secara spontan memecahkan kaca truk dan menarik korban keluar dari dalam kendaraan. Saat ditemukan, pengemudi sudah dalam kondisi tidak sadarkan diri dan mengalami cedera parah, terutama di bagian kepala dan kaki.
“Kami langsung keluarkan sopir dan bawa ke rumah sakit terdekat. Dia waktu itu sudah tidak sadar, kepalanya berdarah dan kakinya terlihat patah,” ujarnya.
Korban segera dibawa ke RS Medika Natar menggunakan kendaraan warga sebelum tim medis tiba di lokasi. Hingga pukul 11.30 WIB, pihak berwenang belum mengungkap identitas resmi korban karena masih dalam proses penanganan dan pendataan lebih lanjut.
Dampak dan Kerusakan di Sekitar Lokasi
Tak hanya truk yang mengalami kerusakan parah, benturan keras juga membuat kendaraan terdorong keluar jalur hingga menabrak beberapa bangunan semi permanen yang berada di sisi perlintasan. Beberapa dinding dan pagar pembatas rusak berat, namun beruntung tidak ada korban jiwa tambahan dari warga sekitar.
Kepulan debu dan pecahan material terlihat berserakan di sekitar lokasi kejadian. Sejumlah kendaraan sempat berhenti untuk menghindari area yang dipenuhi puing dan potongan badan truk.
Penanganan dan Olah TKP oleh Aparat
Tidak lama setelah kejadian, tim dari Kepolisian Sektor Natar bersama petugas dari PT KAI Divre IV Tanjungkarang tiba di lokasi untuk melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan pengamanan jalur kereta. Aparat segera memasang garis polisi di sekitar lokasi agar tidak mengganggu lalu lintas maupun perjalanan kereta berikutnya.
Petugas kepolisian juga mencatat keterangan dari sejumlah saksi serta memeriksa rekaman kamera yang ada di sekitar area perlintasan, meski diketahui bahwa lokasi tersebut tidak memiliki palang otomatis, hanya dijaga oleh relawan atau petugas manual.
Perlintasan Tanpa Palang Otomatis Jadi Sorotan
Peristiwa ini kembali mengangkat ke permukaan persoalan keamanan perlintasan sebidang di Indonesia, khususnya di daerah yang belum dilengkapi dengan sistem pengaman modern seperti palang pintu otomatis dan sinyal digital.
Banyak warga mengaku sudah lama khawatir dengan perlintasan di Branti Jaya, yang lokasinya dekat dengan bandara dan sering dilintasi kendaraan besar, namun hanya dijaga oleh satu atau dua petugas jaga secara manual.
“Sudah sering hampir kejadian. Kadang ada mobil nyaris tersangkut juga. Kalau tidak ada palang otomatis dan sirine, ya wajar kalau sopir bingung. Ini bukan pertama kalinya,” ungkap Andri, warga yang tinggal tak jauh dari perlintasan.
Imbauan untuk Warga dan Pengemudi
Pihak kepolisian mengimbau agar seluruh pengguna jalan meningkatkan kewaspadaan saat melintasi perlintasan sebidang, terutama yang tidak memiliki sistem pengamanan otomatis. Sosialisasi rutin juga akan digelar untuk meningkatkan kesadaran warga.
“Kami minta semua pengemudi, baik kendaraan pribadi maupun kendaraan niaga, agar berhenti sejenak dan pastikan benar-benar aman sebelum menyeberang rel,” tegas petugas dari Polsek Natar yang berada di lokasi.
Sementara itu, PT KAI Divre IV menyatakan akan melakukan evaluasi terhadap titik-titik rawan kecelakaan dan mengusulkan peningkatan fasilitas keamanan di perlintasan sebidang non-otomatis, termasuk di kawasan Branti Jaya.
Kecelakaan di Branti Jaya menambah daftar panjang insiden di perlintasan sebidang yang memakan korban luka berat maupun jiwa. Dengan tingginya volume lalu lintas dan keterbatasan sistem pengamanan, perlintasan seperti ini menjadi titik rawan yang membutuhkan perhatian serius dari pemerintah daerah dan pusat.
Warga berharap ada langkah konkret untuk memasang palang otomatis, sinyal lampu, dan sirine di titik-titik kritis, serta peningkatan patroli petugas pada jam-jam sibuk. “Kami tidak ingin kejadian seperti ini terus terulang. Nyawa orang bisa melayang hanya karena kelalaian sistem,” ujar Lestari, salah satu warga yang ikut menyaksikan evakuasi korban.