Daftar Isi
- 1 Penumpang Berangkat dan Tiba Imbang
- 2 Stasiun Malang, Pusat Mobilitas yang Makin Diminati
- 3 Wajah Baru Layanan KAI: dari Face Recognition sampai Jejak Karbon
- 4 Fasilitas Kian Nyaman, Loyalitas Makin Erat
- 5 Bagian dari Ekosistem Transportasi Nasional
- 6 Potensi Pariwisata dan Ekonomi Lokal Ikut Terdongkrak
- 7 Prediksi Semester II 2025: Bisa Tembus 2 Juta Penumpang?
STASIUN MALANG – Stasiun Malang makin sibuk! Jumlah penumpang yang naik dan turun di stasiun ini pada semester I tahun 2025 dilaporkan tembus lebih dari 1 juta orang. Angka ini naik 8,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, lho. Kabar ini disampaikan langsung oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daop 8 Surabaya, yang memang membawahi operasional Stasiun Malang.
Menurut keterangan Manajer Humas PT KAI Daop 8 Surabaya, Luqman Arif, sepanjang Januari hingga Juni 2025, tercatat sebanyak 1.036.739 pelanggan dilayani di Stasiun Malang. “Jumlah ini meningkat 8,2 persen dibanding semester I tahun 2024,” kata Luqman dalam keterangannya di Kota Malang, Sabtu (13/7/2025).
Sebagai perbandingan, di semester I 2024 lalu, jumlah penumpang di Stasiun Malang “hanya” 951.182 orang. Jadi, ada selisih hampir 85 ribu penumpang lebih banyak tahun ini. Naik tajam, bukan?
Penumpang Berangkat dan Tiba Imbang
Dari total lebih dari satu juta pelanggan tadi, Luqman menyebut bahwa 514.633 di antaranya adalah penumpang berangkat, sementara 522.106 lainnya merupakan penumpang tiba. Artinya, aktivitas keluar masuk di Stasiun Malang terbilang seimbang. Ini jadi indikator positif bahwa stasiun ini bukan cuma tempat berangkat, tapi juga jadi tujuan banyak orang.
“Data ini memperkuat posisi Stasiun Malang sebagai salah satu simpul transportasi strategis di wilayah selatan Jawa Timur,” tambah Luqman.
Stasiun Malang, Pusat Mobilitas yang Makin Diminati
Peningkatan jumlah penumpang ini bukan sekadar angka. Ini menunjukkan bahwa layanan kereta api—terutama dari dan ke Malang—semakin diminati oleh masyarakat. Apalagi, banyak warga Malang dan sekitarnya kini mengandalkan kereta api buat berbagai keperluan: mulai dari liburan, perjalanan bisnis, sampai mudik dan balik.
Menurut KAI, tren ini tak lepas dari berbagai peningkatan layanan yang terus dilakukan. “Kami berkomitmen hadir secara profesional untuk mendukung mobilitas masyarakat. Mulai dari digitalisasi layanan, peningkatan kenyamanan, sampai program loyalitas pelanggan,” ujar Luqman.
Wajah Baru Layanan KAI: dari Face Recognition sampai Jejak Karbon
Salah satu hal yang cukup menarik, PT KAI kini sudah menggunakan teknologi face recognition alias pemindaian wajah untuk proses boarding. Jadi, penumpang nggak perlu repot-repot menunjukkan tiket fisik. Cukup berdiri di depan alat pemindai wajah, sistem akan langsung mencocokkan dengan data tiket yang sudah dibeli lewat aplikasi.
Selain itu, buat kamu yang peduli lingkungan, KAI juga menambahkan fitur “carbon footprint” di aplikasi Access by KAI. Fitur ini memungkinkan pengguna mengetahui berapa banyak jejak karbon yang dihasilkan dari perjalanan yang mereka tempuh. Jadi, makin banyak penumpang yang sadar akan pentingnya moda transportasi ramah lingkungan.
Fasilitas Kian Nyaman, Loyalitas Makin Erat
Tak hanya digitalisasi, pembenahan fasilitas fisik juga jadi fokus utama. Area tunggu kini makin bersih, nyaman, dan dilengkapi fasilitas pendukung seperti musala, toilet, serta tempat pengisian daya gadget. Bahkan, di beberapa stasiun besar, tersedia coworking space sederhana yang cocok buat pekerja jarak jauh.
KAI juga menggelar berbagai program tematik dan promo berkala, yang bertujuan mempererat hubungan emosional antara perusahaan dan pelanggan. Jadi, naik kereta api sekarang nggak cuma soal transportasi, tapi juga soal pengalaman yang menyenangkan.
“Kami ingin perjalanan naik kereta terasa lebih dari sekadar perjalanan biasa. Mulai dari kenyamanan saat menunggu, kemudahan akses informasi, sampai promo menarik,” tambah Luqman.
Bagian dari Ekosistem Transportasi Nasional
Menurut Luqman, KAI bukan cuma sarana transportasi yang menghubungkan satu kota ke kota lainnya. Lebih dari itu, KAI adalah bagian dari solusi mobilitas masa depan Indonesia—yang cerdas, terintegrasi, dan berkelanjutan.
“Peran KAI sangat penting dalam membangun ekosistem transportasi nasional yang bisa diandalkan dan ramah lingkungan,” tuturnya.
Hal ini juga diperkuat dengan semakin baiknya konektivitas antarmoda. Misalnya, banyak stasiun kini yang terhubung langsung dengan angkutan kota, layanan ojek online, bahkan halte bus kota dan terminal antarkota.
Potensi Pariwisata dan Ekonomi Lokal Ikut Terdongkrak
Naiknya jumlah penumpang di Stasiun Malang juga memberi efek domino bagi sektor lain, terutama pariwisata dan ekonomi lokal. Kota Malang dan sekitarnya—seperti Batu, Pujon, hingga Bromo—memang jadi destinasi wisata unggulan.
Dengan makin banyaknya wisatawan yang datang via kereta api, sektor perhotelan, kuliner, dan UMKM ikut ketiban berkah. Dari penjual bakso hingga penginapan budget-friendly, semuanya bisa merasakan dampaknya.
“Stasiun Malang menjadi pintu gerbang masuk wisatawan ke kawasan Malang Raya. Ini tentu jadi potensi besar untuk terus dikembangkan,” ujar Luqman.
Prediksi Semester II 2025: Bisa Tembus 2 Juta Penumpang?
Melihat tren semester pertama yang terus naik, bukan nggak mungkin semester II nanti jumlah penumpang bisa tembus 2 juta orang secara total. Apalagi, periode Juli–Desember biasanya padat karena ada libur sekolah, Natal, dan Tahun Baru.
Ditambah lagi, KAI kerap menghadirkan promo spesial di momen-momen tertentu, seperti diskon tiket, voucher belanja, hingga program loyalitas yang menguntungkan penumpang setia.
Buat kamu yang punya rencana bepergian dari atau ke Malang, sekarang saatnya manfaatkan layanan KAI yang makin oke ini!