Daftar Isi
STASIUNMALANG.COM – Maatschappij tot Exploitatie van Staatsspoorwegen (selanjutnya disingkat Staatsspoorwegen [SS]) adalah perusahaan perkeretaapian pertama di Belanda yang berdiri pada 26 September 1863.
Perusahaan yang didirikan –dan dalam beberapa tahun kemudian tetap berbasis- di Den Haag tersebut adalah perusahaan swasta yang oleh pemerintah diberikan kewenangan untuk mengoperasikan jalur kereta pertama, dari Tongeren ke Ans. Jalur pertama ini memang selesai dibangun di tahun yang sama dengan tahun berdirinya Staatsspoorwegen.
Nah, pada artikel Sejarah Perkeretaapian Indonesia, Stasiunmalang.com juga sudah menyitir SS. Maka, dalam ulasan berikut kami hadirkan sejarah SS berikut pengaruhnya terhadap perjalanan awal perkeretaapian Indonesia (dahulu: Hindia Belanda) secara padat dan ringkas.
Sejarah Awal Eksploitasi Jalur Kereta Api oleh Belanda
Pada bulan Agustus 1860, pemerintah Belanda menetapkan keputusan penting untuk membangun sepuluh jalur kereta api dengan biaya negara.
Meskipun pembangunan tersebut sudah ditetapkan dalam Undang-Undang, belum ada ketentuan yang jelas mengenai siapa yang akan mengelola dan mengoperasikan jalur-jalur tersebut. Jalur kereta api pertama selesai dibangun pada tahun 1863. Namun, hingga saat itu, belum ada perusahaan yang siap mengambil alih tanggung jawab pengoperasian. Keputusan terkait pengelolaan ini masih harus ditentukan oleh kabinet.
Ketika saatnya tiba untuk memutuskan siapa yang akan menjalankan operasi kereta api tersebut, Partai Liberal telah naik ke tampuk kekuasaan. Mereka tidak menyetujui model eksploitasi yang sepenuhnya dikendalikan oleh negara. Maka, sebagai solusi, pada 26 September 1863, didirikanlah perusahaan swasta bernama NV Maatschappij tot Exploitatie van Staatsspoorwegen (Perusahaan Eksploitasi Jalur Kereta Api Negara) yang berkedudukan di Den Haag.
Perusahaan ini secara umum dikenal dengan nama Staatsspoorwegen (SS). Pada tahun 1868, kantor pusatnya dipindahkan dari Den Haag ke Utrecht, menandai babak baru dalam pengembangan jaringan kereta api nasional Belanda.
Akuisisi Jalur Kereta oleh Negara dan Dampaknya terhadap SS
Tahun 1890 menjadi titik penting dalam sejarah perkeretaapian Belanda ketika pemerintah membeli Nederlandsche Rhijnspoorweg-Maatschappij (NRS), sebuah perusahaan kereta api swasta yang cukup besar. Jalur-jalur milik NRS beserta seluruh stafnya kemudian diserahkan kepada Staatsspoorwegen. Aset-aset NRS, seperti lokomotif dan gerbong, dibagi antara Staatsspoorwegen dan Hollandsche IJzeren Spoorweg-Maatschappij (HSM), perusahaan kereta api swasta lainnya.
Perubahan ini menguatkan posisi SS sebagai operator utama jaringan kereta api nasional dan menjadi cikal bakal integrasi sistem transportasi kereta api di Belanda.
Masa Perang dan Pengaruhnya terhadap Operasi Kereta Api
Situasi politik internasional yang memanas menjelang Perang Dunia I membuat pemerintah Belanda mengambil langkah antisipatif. Melalui Keputusan Kerajaan tertanggal 30 Juli 1914, Menteri Perang diberi wewenang untuk mengambil alih peralatan dan layanan kereta api demi keperluan mobilisasi militer. Mulai 1 Agustus 1914, perusahaan-perusahaan kereta api, termasuk SS, berada di bawah otoritas militer.
Pada 31 Juli 1914, SS menjalankan jadwal reguler untuk terakhir kalinya secara mandiri. Selama dua hari pertama bulan Agustus, sejumlah layanan kereta dibatalkan, dan sebagian lainnya berjalan tanpa penumpang. Seluruh operasi dihentikan pada 3 Agustus 1914. Jadwal terbatas mulai diberlakukan kembali pada 4 Agustus. Dengan diberlakukannya mobilisasi, pada 1 November 1914, pemerintah memperkenalkan jadwal terpadu terbatas yang dikoordinasikan bersama tiga perusahaan kereta api lainnya.
Intervensi pemerintah dalam urusan perkeretaapian semakin intensif. Sejak September 1916, terjadi kelangkaan batu bara yang berdampak pada berkurangnya frekuensi layanan kereta. Situasi ini mendorong wacana konsolidasi di antara perusahaan-perusahaan kereta api, demi efisiensi dan ketahanan operasional.
Pembentukan Kelompok Kepentingan Kereta Api Belanda
Pada 25 November 1916, dua operator besar, HSM dan SS, sepakat membentuk suatu aliansi strategis bernama Kelompok Kepentingan Kereta Api Belanda (Belangengemeenschap der Nederlandsche Spoorwegen). Tujuannya adalah menyinergikan jalur dan sumber daya agar tercapai konektivitas yang lebih baik dan penggunaan jalur yang lebih optimal. NBDS (Noord-Brabantsch-Duitsche Spoorwegmaatschappij) turut bergabung pada tahun yang sama, disusul oleh NCS (Nederlandsche Centraal-Spoorweg-Maatschappij) pada 30 Desember 1916.
Aliansi ini mulai beroperasi secara efektif pada musim panas 1917. Fokus utamanya adalah peningkatan koneksi antarkota melalui stasiun gabungan serta pemanfaatan lintas milik perusahaan lain untuk mempercepat perjalanan.
Pembangunan Jalur-Jalur Kereta Api Negara
Undang-Undang Perkeretaapian 1860 menetapkan pembangunan sepuluh jalur utama yang kemudian dikenal sebagai Jalur Negara (Staatsspoorwegen). Menurut Railwiki, sepuluh jalur tersebut adalah:
1. Jalur A: Arnhem – Leeuwarden
2. Jalur B: Pelabuhan Harlingen – Nieuweschans
3. Jalur C: Meppel – Groningen
4. Jalur D: Zutphen – Glanerbrug
5. Jalur E: Breda – Maastricht
6. Jalur F: Roosendaal – Vlissingen
7. Jalur G: Viersen – Venlo
8. Jalur H: Utrecht – Boxtel
9. Jalur I: Breda – Rotterdam
10. Jalur K: Den Helder – Amsterdam
Karena konektivitas antarjalur pada awalnya belum dibangun, sistem kereta api Belanda terbagi dalam dua jaringan: Jaringan Utara dan Jaringan Selatan.
Pada 1863, operasi dimulai di jalur Harlingen – Leeuwarden dan Breda – Tilburg. Beberapa dekade kemudian, Undang-Undang tahun 1873 dan 1875 menetapkan pembangunan jalur-jalur baru, yang pengelolaannya tidak eksklusif oleh SS. Sebagian dialokasikan kepada perusahaan lain seperti HSM.
Pada 1933, pemerintah juga mengambil alih jalur Sittard ke pelabuhan Born dari perusahaan trem LTM (Limburgsche Tramweg Maatschappij), khusus untuk angkutan batu bara.
Pengelolaan Jalur Non-Milik Negara
Selain jalur yang dibangun dengan dana negara, SS juga diberikan wewenang untuk mengelola jalur yang tidak didanai oleh pemerintah. Salah satunya adalah jaringan milik Compagnie du chemin de fer Liégeois-Limbourgeois (LL). Didirikan pada tahun 1862, perusahaan Belgia ini membangun jalur dari Tongeren ke Ans dan ke Maastricht melalui Hasselt.
Berdasarkan Keputusan Kerajaan Belanda pada 22 April 1864, SS mengambil alih pengoperasian jalur LL mulai 1 Juli 1866. Hal ini memungkinkan SS untuk menjalin konektivitas dengan jaringan kereta api Belgia, Prancis, dan Luksemburg.
Meskipun jaringan LL mencakup 137 km, hanya 17 km yang terletak di wilayah Belanda. Pada 1 Januari 1896, jaringan LL di Belgia diambil alih oleh negara Belgia dan dikelola oleh Chemins de fer de l’État Belge (EB). Operasional di wilayah Belanda tetap ditangani oleh SS hingga seluruhnya diserahkan pada tahun 1898.
Lokomotif dan Perkembangannya
Seiring berkembangnya jaringan dan volume angkutan barang, SS melakukan pemesanan lokomotif uap dari berbagai produsen, terutama dari Inggris.
Empat lokomotif pertama dipesan dari Beyer, Peacock and Company pada Agustus 1863. Susunan gandarnya adalah 1A1, dua ditempatkan di wilayah selatan dan dua di utara Belanda. Selanjutnya, delapan lokomotif tambahan dengan susunan gandar 1B dipesan dan mulai beroperasi pada November 1863.
Antara 1864 dan 1872, SS menambah 74 lokomotif 1B untuk memperkuat layanan angkutan. Seiring waktu, sejumlah lokomotif dirombak, diberi nomor ulang, bahkan dibangun kembali untuk meningkatkan performanya. Salah satunya adalah lokomotif tender dengan susunan roda B1 dan C1 yang digunakan untuk jalur berat di wilayah berbukit, seperti sekitar Liège.
Pada dekade 1870-an hingga awal 1920-an, SS terus memperbarui dan merestrukturisasi armadanya, termasuk penggantian tender dua as menjadi tiga as serta peningkatan sistem traksi. Tahun 1921 menandai diberlakukannya sistem penomoran baru oleh Nederlandse Spoorwegen (NS), sebagai bagian dari persiapan integrasi besar-besaran antara perusahaan kereta api.
Dampak dan Warisan Staatsspoorwegen
Keberadaan Staatsspoorwegen menjadi tulang punggung transportasi modern di Belanda dan memainkan peran penting dalam industrialisasi, mobilisasi militer, serta integrasi wilayah. Model pengelolaan campuran antara negara dan swasta ini kemudian diadopsi dalam sistem perkeretaapian Hindia Belanda (sekarang Indonesia), di mana Staatsspoorwegen juga mendirikan dan mengelola berbagai jalur penting seperti Batavia–Buitenzorg, Semarang–Vorstenlanden, dan Surabaya–Madiun.
Pada tahun 1938, Staatsspoorwegen akhirnya bergabung dengan Hollandsche IJzeren Spoorweg-Maatschappij (HSM) menjadi Nederlandse Spoorwegen (NS), perusahaan nasional yang masih mengelola jaringan kereta api di Belanda hingga hari ini. Penggabungan ini menandai akhir dari SS sebagai entitas mandiri, tetapi warisannya tetap hidup dalam infrastruktur, sistem manajemen, dan budaya perkeretaapian modern Belanda dan Indonesia.
Penutup
Sejarah Staatsspoorwegen mencerminkan transisi penting dalam sistem transportasi Belanda dari model privat menuju integrasi nasional yang lebih terstruktur. Melalui serangkaian kebijakan, akuisisi, inovasi teknologi, dan kolaborasi antarperusahaan, sistem perkeretaapian Belanda tumbuh menjadi jaringan modern yang menghubungkan berbagai wilayah secara efisien. Perjalanan panjang ini menunjukkan betapa strategisnya peran transportasi dalam pembangunan ekonomi dan ketahanan nasional.