Mengenal Shinkansen, Kereta Api dengan Kecepatan Peluru

mengenal shinkansen

STASIUNMALANG.COM — Shinkansen (新幹線), atau yang dikenal sebagai kereta peluru, merupakan lambang kemajuan teknologi Jepang dalam bidang transportasi. Kereta ini telah menjadi bagian integral dari sistem transportasi modern yang menghubungkan berbagai kota besar di seluruh Jepang melalui jaringan rel berkecepatan tinggi.

Kalau Sobat berkunjung ke Jepang, menaiki Shinkansen adalah salah satu pengalaman yang wajib dicoba. Kereta ini mampu melaju dengan kecepatan lebih dari 320 kilometer per jam (sekitar 199 mil per jam), meskipun sebagian besar unit operasional beroperasi pada kecepatan maksimal sekitar 300 kilometer per jam. Di balik kecepatan dan kenyamanan tersebut, tidak banyak yang menyadari betapa panjang dan kompleksnya proses pengembangan yang telah dilakukan untuk mewujudkan moda transportasi unggulan ini.

Read More

Jaringan Shinkansen telah dibangun dan dikembangkan selama lebih dari enam dekade. Dalam kurun waktu tersebut, sistem ini telah menjelma menjadi salah satu moda transportasi paling aman di dunia. Hebatnya, sepanjang sejarah operasionalnya, Shinkansen tidak pernah mengalami kecelakaan fatal—sebuah pencapaian luar biasa dalam industri transportasi.

Garis Waktu Perkembangan Shinkansen

Jalur kereta api pertama di Jepang dibuka pada 1872, ditenagai oleh lokomotif uap. Meskipun menjadi awal era perkeretaapian di Jepang, kecepatan yang ditawarkan masih jauh dari standar yang dikenal saat ini.

Gagasan mengenai kereta berkecepatan tinggi mulai dirancang bahkan sebelum Perang Dunia II berlangsung. Pada akhir 1930-an, pemerintah Jepang telah memulai proses pembebasan lahan sebagai langkah awal dalam mewujudkan sistem kereta peluru.

Peresmian Shinkansen – Tahun 1964

Proyek pembangunan jalur kereta peluru secara resmi dimulai dengan peletakan batu pertama pada 1959 di dekat Stasiun Mishima, yang berada pada Jalur Tokaido. Hanya dalam kurun waktu lima tahun, jalur ini selesai dibangun dan resmi beroperasi pada tanggal 1 Oktober 1964. Kereta pertama dari seri Hikari berangkat secara bersamaan dari Stasiun Tokyo dan Stasiun Shin-Osaka pada pukul 06.00 pagi. Model awal yang digunakan adalah Shinkansen Seri 0, yang tetap beroperasi hingga tahun 1999.

Ekspansi ke Sanyo – Tahun 1975

Shinkansen terus berkembang dengan peluncuran Jalur Sanyo pada 1975, yang menghubungkan kota Osaka dan Fukuoka, dua pusat ekonomi utama di wilayah barat Jepang. Jalur ini memperpanjang Jalur Tokaido dari Tokyo, memungkinkan perjalanan dari Tokyo ke Fukuoka hanya dalam waktu sekitar lima jam. Pada periode ini, gerbong makan juga mulai ditambahkan pada beberapa rangkaian kereta guna meningkatkan kenyamanan penumpang.

Peluncuran Kelas Hijau – Tahun 1985

Tahun 1985 menjadi momen penting lainnya dengan diperkenalkannya Shinkansen Seri 100, yang menghadirkan gerbong Kelas Hijau sebagai pilihan layanan kelas satu bagi penumpang. Fasilitas ini memberikan kenyamanan ekstra bagi mereka yang menginginkan pengalaman perjalanan yang lebih mewah dan eksklusif.

Kereta Nozomi – Tahun 1992

Nama Nozomi, yang berarti “harapan” dalam Bahasa Jepang, dipilih untuk merepresentasikan aspirasi para pengembang Shinkansen. Kereta Nozomi awalnya menggunakan model Seri 300, dan kini telah berevolusi menjadi Seri N700 yang lebih canggih. Kereta ini melayani Jalur Tokaido dan Sanyo, serta menjadi layanan tercepat dalam jaringan Shinkansen yang beroperasi hingga saat ini.

Ekspansi ke Wilayah Akita dan Nagano – Tahun 1997

Tahun 1997 menandai pengenalan layanan mini-shinkansen, termasuk Akita Shinkansen dengan kereta Seri E6. Jalur ini melibatkan konversi jalur rel sempit yang sebelumnya digunakan oleh kereta konvensional menjadi rel yang kompatibel dengan sistem Shinkansen. Meskipun kecepatannya lebih rendah dibandingkan dengan Shinkansen ukuran penuh, layanan ini menjangkau daerah-daerah yang sebelumnya tidak terlayani.

Pada yang sama, Nagano Shinkansen juga diluncurkan untuk melayani wilayah Prefektur Nagano. Kedua jalur ini dirancang agar beroperasi tepat waktu untuk mendukung penyelenggaraan Olimpiade Musim Dingin 1998. Hingga 2006, mini-shinkansen telah digunakan oleh lebih dari dua puluh juta penumpang.

Hokkaido Shinkansen – Tahun 2016

Jalur Shinkansen ini menghadirkan keunikan tersendiri dengan melalui Terowongan Seikan, terowongan bawah laut yang menghubungkan pulau utama Honshu dengan pulau Hokkaido. Peluncuran jalur ini membuka akses transportasi yang lebih cepat dan efisien ke wilayah utara Jepang. Dalam rencana pengembangan ke depan, jalur ini direncanakan akan diperluas hingga mencapai kota Sapporo pada 2031.

Ekspansi Teknologi Shinkansen di Luar Jepang

Sebelum munculnya Shinkansen, industri perkeretaapian di berbagai negara mengalami kemunduran, terutama dalam hal efisiensi dan daya tarik bagi penumpang. Namun, keberhasilan sistem kereta peluru Jepang menjadi katalis penting yang menginspirasi negara-negara lain untuk kembali berinvestasi dalam teknologi kereta api berkecepatan tinggi.

Prancis menjadi negara pertama yang mengikuti jejak Jepang dengan meluncurkan kereta Train à Grande Vitesse (TGV) pada 1981. Kemudian, Jerman memperkenalkan InterCity Express (ICE) pada 1991 sebagai solusi modern dalam sistem transportasi antarkota mereka.

Seiring berjalannya waktu, perusahaan-perusahaan kereta api Jepang mulai mengembangkan dan memperluas penerapan teknologi Shinkansen ke luar negeri. Berbagai elemen penting dari sistem ini—seperti jalur khusus berkecepatan tinggi, sistem pengendalian keselamatan otomatis, serta desain aerodinamis—telah diadopsi dan diintegrasikan ke dalam jaringan kereta api negara lain.

Pada 2007, dua proyek besar kereta cepat mulai beroperasi dengan mengadaptasi teknologi Jepang: kereta cepat di Tiongkok dan Shinkansen Taiwan. Kedua sistem tersebut mengadopsi prinsip desain dan teknologi inti dari Shinkansen, dengan penyesuaian terhadap kondisi geografis dan kebutuhan lokal masing-masing.

Saat ini, minat terhadap teknologi Shinkansen terus berkembang. Amerika Serikat dan India termasuk di antara negara-negara yang secara aktif mengevaluasi dan merencanakan implementasi sistem kereta berkecepatan tinggi berbasis teknologi Jepang.

Dengan demikian, Shinkansen tidak hanya menjadi simbol kemajuan teknologi Jepang, tetapi juga representasi kontribusi global dalam mengembangkan transportasi masa depan yang cepat, aman, dan efisien.

Jaringan dan Rute Shinkansen Saat Ini

Jaringan Shinkansen di Jepang mencakup berbagai jalur yang menghubungkan kota-kota utama di seluruh negeri. Jalur tertua dan paling populer adalah Tokaido Shinkansen, yang menghubungkan Tokyo, Nagoya, Kyoto, dan Osaka—empat kota besar dengan volume penumpang tertinggi.

Secara umum, semua jalur Shinkansen (kecuali Akita dan Yamagata Shinkansen yang termasuk kategori mini-shinkansen) dibangun secara eksklusif untuk melayani kereta berkecepatan tinggi. Jalur-jalur ini tidak digunakan oleh kereta konvensional, sehingga menjamin efisiensi operasional, keamanan tinggi, dan jadwal yang tepat waktu.

Setiap jalur Shinkansen dilayani oleh berbagai jenis layanan berdasarkan kecepatan dan jumlah perhentian. Layanan tercepat hanya berhenti di stasiun utama, sedangkan layanan lainnya berhenti di lebih banyak stasiun, memungkinkan akses yang lebih luas bagi masyarakat di berbagai daerah.

Dengan kombinasi antara inovasi berkelanjutan dan pengelolaan jaringan yang efisien, Shinkansen terus menetapkan standar global dalam sistem transportasi kereta api berkecepatan tinggi.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *