Daftar Isi
STASIUNMALANG.COM – Magetan, Jawa Timur. Suasana duka menyelimuti Kelurahan Mangge, Kecamatan Barat, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, usai kecelakaan tragis yang melibatkan kereta api dan sejumlah pengendara motor pada Senin siang, 19 Mei 2025. Tragedi rel Mangge yang terjadi di perlintasan sebidang itu menewaskan empat orang dan melukai empat lainnya secara serius.
Peristiwa mengenaskan ini menjadi sorotan publik karena diduga kuat disebabkan oleh kelalaian petugas jaga perlintasan yang justru membuka palang pintu saat kereta sedang melintas. Aparat kepolisian telah mengamankan petugas yang bertugas saat kejadian dan menyatakan tengah melakukan penyelidikan mendalam.
Detik-detik Kecelakaan Tragedi Rel Mangge
Berdasarkan informasi yang dihimpun Stasiunmalang.com dari lokasi kejadian, peristiwa bermula pada Senin (19/5/2025) sekitar pukul 13.00 WIB. Dua kereta api, yakni Malioboro Ekspres yang melaju dari Yogyakarta ke Madiun dan Kereta Remaja yang datang dari arah sebaliknya, dijadwalkan melintas secara hampir bersamaan di titik rel perlintasan Mangge.
Saat kereta dari arah timur melintas, sejumlah pengendara telah berhenti menunggu di depan palang. Namun yang mengejutkan, palang pintu justru diangkat oleh petugas, seolah tanda bahwa lintasan telah aman. Beberapa pengendara pun langsung melintas, tak menyadari bahwa dari arah barat, kereta lain melaju dengan kecepatan tinggi.
Kereta Malioboro Ekspres kemudian menghantam tujuh sepeda motor yang berada di lintasan. Tubuh korban terpental, dan kendaraan terseret sejauh puluhan meter. Suara benturan keras disusul teriakan warga menambah kepanikan di sekitar lokasi.
Evakuasi dan Penanganan Darurat
Warga sekitar segera berhamburan menuju lokasi kejadian untuk membantu. Dalam waktu singkat, tim dari Polres Magetan, TNI, dan tenaga medis datang melakukan evakuasi. Jenazah empat korban langsung dibawa ke RSUD dr. Sayidiman Magetan, sementara empat korban lainnya yang mengalami luka berat dirawat di rumah sakit tersebut dan di Rumah Sakit Angkatan Udara (RSAU) dr. Efram Harsana yang berada di Lanud Iswahyudi.
“Evakuasi korban menjadi prioritas kami. Seluruh korban telah dibawa ke rumah sakit terdekat untuk penanganan lebih lanjut,” ujar AKBP Satria Permana, Kapolres Magetan, dalam keterangan resminya di lokasi kejadian.
Petugas juga mengevakuasi bangkai kendaraan yang remuk parah akibat benturan. Proses evakuasi dilakukan dengan hati-hati guna menjaga kelancaran jalur rel dan mencegah terganggunya perjalanan kereta api lainnya.
Diduga Akibat Kelalaian Petugas
Kapolres Magetan menegaskan bahwa berdasarkan penyelidikan awal, penyebab utama kecelakaan adalah kelalaian petugas jaga perlintasan. Meski rel tersebut dilengkapi dengan palang otomatis dan sistem peringatan, namun palang dibuka di saat yang tidak semestinya.
“Ini bukan karena tidak adanya palang pintu. Palang tersedia dan berfungsi. Tapi petugas justru membuka saat kereta mendekat. Ini yang sedang kami dalami,” tegas Kapolres.
Petugas yang berjaga telah diamankan dan tengah dimintai keterangan. Pihak kepolisian juga melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dengan metode ilmiah guna mengumpulkan bukti dan memastikan kronologi insiden secara objektif.
“Kami akan menggunakan pendekatan saintifik. Semua saksi di lokasi juga akan diperiksa untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang penyebab insiden ini,” tambah Kapolres.
Lalu Lintas Kereta Kembali Normal
Meskipun terjadi kecelakaan serius, jalur kereta api di lokasi kejadian sudah kembali normal dalam waktu relatif singkat. Petugas teknik dari PT KAI melakukan pemeriksaan dan memastikan tidak ada kerusakan besar pada jalur rel. Kereta-kereta yang dijadwalkan melintas setelah kejadian tetap beroperasi tanpa gangguan.
“Penanganan di lapangan cukup cepat. Setelah evakuasi kendaraan dan korban selesai, perjalanan kereta sudah kembali normal,” kata Abd Wafi, jurnalis Stasiunmalang.com yang melaporkan langsung dari lokasi.
Warga Trauma dan Mendesak Evaluasi
Warga sekitar yang menyaksikan langsung peristiwa nahas itu mengaku masih trauma. Beberapa di antara mereka menyebut tragedi rel Mangge itu sebagai kecelakaan terburuk yang pernah terjadi di perlintasan tersebut.
“Saya lihat sendiri motornya terseret. Orang-orang terlempar. Ngeri sekali. Ini benar-benar kejadian yang tidak akan mudah dilupakan,” ucap Slamet, seorang saksi mata.
Masyarakat juga menuntut adanya evaluasi menyeluruh terhadap sistem keamanan dan pelatihan petugas jaga. Mereka berharap kejadian serupa tidak terulang lagi di masa depan.
“Kami minta ada pelatihan ulang bagi petugas. Jangan main-main dengan nyawa orang. Palang pintu itu bukan formalitas, tapi menyangkut keselamatan banyak orang,” kata Suwarno, tokoh masyarakat setempat.
Tanggapan dari PT KAI dan Pemerintah Daerah
Pihak PT Kereta Api Indonesia (KAI) belum mengeluarkan pernyataan resmi, namun sumber internal menyebut bahwa mereka sedang mengoordinasikan data dan akan memberikan keterangan setelah proses penyelidikan oleh pihak kepolisian selesai.
Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Magetan menyatakan akan membantu keluarga korban dan menanggung seluruh biaya perawatan serta pemakaman korban jiwa.
“Kami turut berduka. Pemerintah akan memberikan santunan dan pendampingan psikologis bagi keluarga yang ditinggalkan,” ujar Wakil Bupati Magetan, yang menyempatkan diri meninjau lokasi kejadian.
Kecelakaan maut di perlintasan Mangge seharusnya menjadi alarm keras bagi semua pihak, baik operator transportasi, pemerintah, maupun masyarakat umum. Kelalaian sekecil apa pun dalam sistem keselamatan bisa berdampak fatal.
Tragedi rel Manggeini menyadarkan kembali bahwa keselamatan di perlintasan sebidang masih menjadi tantangan besar dalam sistem transportasi darat di Indonesia. Diperlukan sistem kontrol yang lebih canggih dan sumber daya manusia yang benar-benar terlatih untuk menjaga keamanan pengguna jalan.
Hingga kini, masyarakat menanti hasil akhir penyelidikan dan berharap pihak berwenang bertindak tegas terhadap siapa pun yang bertanggung jawab atas tragedi ini.